Kitab al-Luma’
Penerjemah : Fuad Syaifudin Nur
Genre : Agama Islam
Halaman : 368
Ukuran : 14 x 21 cm
Cover : Hard Cover
ISBN : 978-602-7327-50-4
Penerbit : Turos Pustaka
Cetakan : Ferbruari 2021
SINOPSIS
KITAB AL-LUMA’ – Jangan sebut dirimu ahlussunnah wal jama’ah sejati, kalau belum membaca kitab penting ini. Inilah naskah klasik karya empunya teologi Asy’ariah, Imam Abu Hasan al-Asy’ari atau lebih dikenal sebagai Imam Asy’ari (873-935 M).
Sayangnya, meski sering dianggap sebagai akidahnya mayoritas umat Islam di Indonesia bahkan dunia, harus diakui tak banyak yang membaca kitab teologi Asy’ariyah ini. Jangankan orang awam, jebolan pondok pesantren pun banyak yang belum menyentuh kitab babon ilmu kalam ini.
Tentu bukan berarti kitab ini sulit dipahami. Dengan memakai metode tanya-jawab dalam penulisannya, Imam al-Asyari berhasil mendedahkan persoalan ketauhidan dengan bernas dan lengkap. Tak heran jika kitab ini ikut serta mendorong kelahiran teologi Asy’ariyah pada abad ke-4 Hijriah. Semoga dengan membaca kitab ini, keimanan kita semakin baik dan terjaga dalam menggapai ridho Allah swt. Selamat membaca!
Apa keunggulan buku ini?
- Ditulis 1000 tahun yang lalu.
- Ditulis oleh peletak dasar teologi ahli sunah waljamaah, Abu al-Hasan al-Asy’ari.
- Pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
- Dilengkapi Biografi Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari
- Dilengkapi Teks Asli Bahasa Arab Kitab al-Luma’
- Dilengkapi peta buku untuk memudahkan pembaca memahami isi buku
Apa saja isi buku ini?
- Biografi Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari
- Argumentasi teologi ahli sunah waljamaah
- Tauhid ahli sunah waljamaah
Quotes
Dalil atau bukti yang menunjukkan adanya Sang Pencipta ialah manusia yang berada pada puncak kesempurnaan bentuk, sifat, dan akalnya. Sebelumnya berupa nutfah (air mani), lalu bermetamorfosa menjadi segumpal darah (zigat), kemudian menjadi daging dengan darah dan tulang.
Manusia tidak dapat menciptakan pendengaran ataupun penglihatannya sendiri. Sebagaimana dia pun tak dapat menciptakan anggota tubuh bagi dirinya sendiri.
Seandainya manusia berusaha sekuat tenaga menghilangkan ketuaan dan renta dari dirinya serta mengembalikan dirinya ke kondisi remaja, hal itu tidak mungkin dapat dilakukannya. Hal ini menunjukkan adanya Sang Pengatur yang mengatur makhluk.